Selasa, 27 Mei 2014

TARI KRETEK


Kabupaten Kudus yang berada di Jawa Tengah semula tampak biasa. Tak begitu banyak orang yang tahu pamor kota yang terkenal dengan gelar Kota Kretek yang tersandar padanya. Terbagi atas 9 kecamatan, 123 desa dan 9 kelurahan, menghantarkan Kota Kretek yang kaya akan beraneka ragam hal yang bisa menjadikannya populer, sedikit terabaikan dibanding kota-kota lain di Provinsi Jawa Tengah.Kehidupan masyarakat Kudus, Jawa Tengah, sepertinya tidak bisa dipisahkan dengan industri keretek. Hingga proses pembuatan keretek yang menjadi penggerak perekonomian Kudus itu diejawantahkan dalam bentuk kesenian, yakni tari. Agak aneh memang, mulai dari memilih tembakau, hingga bagaimana cara memasarkannya, semuanya diceritakan dalam satu tarian, tari Kretek.

Dulu sebuah museum kretek diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah yang bernama Bapak Sutarjo Rustam, beliau meminta pengurus kebudayaan kabupaten Kudus, Bapak Dwijisumono (Kaasie Kebudayaan) agar beliau dibuatkan tari khas Kudus, “kalau besok saya meresmikan museum kretek ini, saya minta dibuatkan tarian khas Kudus untuk meramaikan acara peresmian nanti “. Kemudian Bapak Dwijisumono memberikan tugas itu kepada sanggar tari Puring Sari yang berada di Desa Glantengan oleh ibu Endang selaku pemilik sanggar tari tersebut untuk menciptakan tari khas kudus (sekarang disebut dengan tari kretek).Awal mula pembuatan tari ini , Bu Endang bekerja sama dengan pihak Djarum dan melakukan penelitian selama 2 minggu. Beliau tidak hanya bekerja sama dengan Djarum Foundation tetapi bu Endang juga terjun langsung ke pabrik untuk melihat proses pembuatan rokok dan beliau ikut membuat rokok tersebut bersama para buruh Djarum .kenapa bu Endang memilih membuat tari khas Kudus dengan menceritakan proses pembuatan rokok ,dikarenakan masyarakat Kudus sebagian besar berprofesi sebagai buruh di industri rokok . setelah Bu Endang mengetahui proses pembuatan rokok di Djarum dari awal sampai akhir , kemudian beliau membuat gerakan –gerakan tari kretek .Tari Kretek pun telah selesai digarap. Lalu, tari ini pertama kali dipentaskan pada waktu peresmian Museum Kretek yang ditarikan oleh 500 orang penari sekaligus. Dan sekarang Tari Kretek pun sudah mendunia .Kebudayaan di Indonesia memang beragam dan sangat banyak sekali . Beribu –ribu kebudayaan mulai dari tarian, upacara Adat dan lain sebagainya . Apalagi kebudayaan di masing –masing daerah, salah satunya adalah kebudayaan di Kabupaten Kudus. Di Kudus sendiri, ada banyak kebudayaan dan seni tradisional. Sebagai contohnya adalah Tari Kretek. Tari ini di ciptakan oleh pemilik sanggar seni Puring Sari yaitu Ibu Endang. Asal mula diciptakannya Tari Kretek ini adalah karena permintaan dari Gubernur Jawa Tengah pada saat itu untuk meramaikan acara peresmian Museum Kretek. Tari kretek merupakan sebuah tari asli Kudus yang menceritakan para buruh rokok yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau hingga rokok siap dipasarkan.Tarian dibawakan beberapa penari perempuan sebagai representasi buruh mbatil dan penari lelaki sebagai representasi dari seorang mandor.Buruh mbatil adalah buruh rokok yang kerjanya mengguntingi atau merapikan ujung-ujung rokok. Sementara sang mandor adalah bos yang mengawasi buruh rokok dan mempunyai kuasa untuk menyortir atau menyeleksi rokok garapan buruh. Awalnya tari Kretek bernama tari Mbatil. Namun, karena nama mbatil tidak begitu dikenal di masyarakat, digantilah dengan tari Kretek.Tari ini mulai populer sejak 1985, yang konon diciptakan seniman Endang Tonny. Dalam tari Kretek, gerakannya terlihat rancak. Dibawakan beberapa penari perempuan yang cantik jelita serta satu penari lelaki. Para penari perempuan menggunakan pakaian khas Kudus, namun bukan pakaian adat. Tak hanya itu, penari perempuan juga memakai caping serta memegang tampah. Adapun yang lelaki hanya memakai blangkon. Kerancakan serta kelincahan penari Kretek tampaknya tidak lepas dari iringan musik gamelan yang mengalun. Lirik lagu menceritakan macam – macam rokok yang ada di Kudus.Tari Kretek. Tari Kretek diilhami akar kesejahteraan yang sampai kini dirasakan di Kabupaten Kudus. Beberapa penari ayu memakai kain kebaya, selendang bergaris hitam dengan topi lebar sedang membawa tampah tempat tembakau. Tarian menggambarkan kegiatan membuat rokok.Melenggak-lenggok dengan senyuman centil, penari perempuan mencoba menggoda sang mandor, begitupun sebaliknya, kadang penari lelaki keganjenan menggoda buruh mbatil. Konon memang seperti itu sebenarnya yang terjadi di tempat pembuatan rokok keretek.Dalam tarian Kretek, diceritakan awal mula pembuatan rokok kretek. Yakni mulai dari cara memilih tembakau yang baik untuk dipakai membuat rokok. Setelah menjadi rokok, tugas buruh mbatil selanjutnya ialah memotong bagian ujung rokok untuk merapikannya. Setelah itu, buruh mbatil membawa rokok tadi ke mandor untuk diperiksa. Ketika memeriksa rokok, sang mandor kadang memasang muka seram atau malah mesem-mesem kepada mereka. Kalau mandor sudah senyum, bisa dipastikan rokok tak akan tersortir.Gemulai tangan sang penari perempuan menggambarkan lincahnya seorang buruh rokok dalam melinting serta membatil.Ada sebuah istilah guyon dalam tari Kretek, yakni pembatil menggoda mandor agar rokok tidak banyak yang disortir. Atau mandor yang menggoda, dengan harapan pembatil tertarik dan jatuh hati kepadanya. Dalam tari Kretek, sang mandor selalu mondar-mandir mengelilingi penari-penari perempuan untuk memeriksa dan terkadang bertolak pinggang melihat beberapa penari, menunjukkan kekuasaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar