Tarian ini
biasanya dilakukan beberapa menit sebelum kompetisi kerapan sapi
dimulai dengan memberikan beberapa acara pembukaan kepada para penonton
sehingga persaingan akan lebih menarik. Tarian ini dimainkan oleh
sekitar 100 penari terdiri dari anak laki-laki dan perempuan. Musik
tradisional disebut Saronen dan thok-thok dibunyikan bersama-sama
dengan tarian ini.
Tari peccot (Tari Pecut) adalah kreasi koreografi yang besar sekali, yang dipentaskan oleh seratusan siswa, merupakan pencampuran laki-laki perempuan. Mereka berlatih selama beberapa minggu untuk tampil pada kerapan sapi terbesar pada bulan September dan Oktober, yaitu pada tingkat kabupaten di Sumenep, lalu pada tingkat seluruh pulau Madura di Kota Pamekasan. Mereka berpentas di ruang terbuka di lapangan kerapan sendiri, sebagai acara pembukaan kerapan. Dengan susunan yang nampak dari jauh, busana seragam yang berkilat, perpaduan warna (kuning, hijau dan merah, yaitu warna dari ketiga jalur kerapan, adalah warna dominan), aksesoris (bendera, selendang, cambuk), tarian ini adalah pementasan baru yang sangat spektakuler. Guru-guru tari mencampurkan unsur Madura, Bali dan Jawa. Iringan musikal (orkes saronen atau kennong tello' termasuk suling, kadang-kadang dilengkapi tambur bercelah dari kayu) diperkeras lagi oleh pengeras suara yang menguak-uak. Diciptakan untuk menarik, menghormati, dan memesonakan tamu-tamu khusus (wisatawan dan pejabat) dan para penonton, acara tari yang bergengsi itu kini telah menjadi salah satu ciri khas kerapan sapi Madura.
Tari peccot (Tari Pecut) adalah kreasi koreografi yang besar sekali, yang dipentaskan oleh seratusan siswa, merupakan pencampuran laki-laki perempuan. Mereka berlatih selama beberapa minggu untuk tampil pada kerapan sapi terbesar pada bulan September dan Oktober, yaitu pada tingkat kabupaten di Sumenep, lalu pada tingkat seluruh pulau Madura di Kota Pamekasan. Mereka berpentas di ruang terbuka di lapangan kerapan sendiri, sebagai acara pembukaan kerapan. Dengan susunan yang nampak dari jauh, busana seragam yang berkilat, perpaduan warna (kuning, hijau dan merah, yaitu warna dari ketiga jalur kerapan, adalah warna dominan), aksesoris (bendera, selendang, cambuk), tarian ini adalah pementasan baru yang sangat spektakuler. Guru-guru tari mencampurkan unsur Madura, Bali dan Jawa. Iringan musikal (orkes saronen atau kennong tello' termasuk suling, kadang-kadang dilengkapi tambur bercelah dari kayu) diperkeras lagi oleh pengeras suara yang menguak-uak. Diciptakan untuk menarik, menghormati, dan memesonakan tamu-tamu khusus (wisatawan dan pejabat) dan para penonton, acara tari yang bergengsi itu kini telah menjadi salah satu ciri khas kerapan sapi Madura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar